PT Amman Mineral International menawarkan penawaran umum perdana (IPO) sebanyak 7,3 saham atau 10% dari total saham. Perusahaan tambang raksasa milik Medco Energi itu membidik dana Rp 12,93 triliun.
Namun, IPO Amman Mineral dilakukan di tengah melemahnya Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Terbukti, pada penutupan perdagangan Rabu (31/5) hari ini, IHSG turun 0,05% ke level 6.633. Mayoritas sektor perdagangan bursa saham Tanah Air masih berada di zona merah, dipimpin oleh sektor energi yang turun 2,09%.
Menanggapi kondisi tersebut, Vice President Corporate Communications Amman Kartika Octaviana mengatakan perseroan bergerak di sektor komoditas tembaga dan emas. Menurutnya, inilah yang membedakan Amman dengan perusahaan lain.
“Dari hasil analis global, kami melihat dalam jangka panjang, di mana supply dan demand tembaga dalam kondisi sangat baik,” ujarnya dalam konferensi pers, Rabu (31/5).
Dia mengatakan, hasil prakiraan berbagai analis juga melihat tren positif harga tembaga. Ia optimis perusahaan akan menunjukkan pertumbuhan di masa depan. Namun, perusahaan akan mengembalikannya ke pasar.
Selain itu, menurutnya, situasi produksi perseroan menjadi kekuatan fundamental perseroan, terutama di tengah transisi energi saat ini.
“Peralihan energi dimulai dari tembaga, itu komponen utamanya. Mulai dari EV, mobil listrik. Dan emas juga mengikuti yang kita kenal sebagai safe haven, jadi kita selalu mencarinya,” ujarnya.
Chief Executive Officer (CEO) Amman Mineral International Alexander Ramlie mengatakan, aksi korporasi IPO ini merupakan salah satu langkah strategis untuk mengembangkan bisnis yang berkelanjutan di era transisi energi yang akan mendorong permintaan tembaga di masa depan.
“Pengembangan bisnis Amman dimulai dari pembangunan smelter, peningkatan kapasitas pabrik konsentrator, hingga pembangunan pembangkit listrik tenaga gas,” ujarnya.
Hal ini, kata dia, merupakan langkah besar yang akan berdampak positif bagi perusahaan dan pemangku kepentingan, serta masyarakat di sekitar wilayah operasi, masyarakat Indonesia, dan dunia.
Alexander menjelaskan, saat ini anak usaha AMMAN, PT Amman Mineral Nusa Tenggara (AMNT) telah memasuki tahap 7 operasi tambang Batu Hijau, di Kabupaten Sumbawa Barat (KSB), Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB).
Menurut Wood Mackenzie, tambang Batu Hijau merupakan tambang tembaga dan emas terbesar kedua di Indonesia, serta memiliki cadangan setara tembaga terbesar kelima di dunia jika digabungkan dengan deposit Elang.
“Saat ini kami sedang dalam tahap pengembangan fase 8 yang diharapkan dapat memperpanjang umur tambang hingga tahun 2030. Kami juga akan mulai mempersiapkan Elang untuk dapat memulai operasi penambangan dari tahun 2031 hingga 2046,” ujarnya.