Bursa Efek Indonesia (BEI) sedang mengembangkan infrastruktur perdagangan yang disebut sebagai multi matching engine demi mendukung perdagangan berbagai jenis produk.
Direktur Teknologi Informasi dan Manajemen Risiko BEI, Sunandar menuturkan teknologi dan informasi sistem perdagangan yang sedang dirancang dinilai mampu menampung perdagangan saham, derivatif, dan surat utang dalam satu platform, yang saat ini kondisinya masih terpisah-pisah.
BEI menargetkan sistem tersebut akan meluncur pada 2026 mendatang, meskipun target yang lebih optimis bisa saja terlaksana setahun lebih cepat. “Kami menargetkan sistem baru ini dapat diluncurkan pada tahun 2026. Kalaupun jadi tahun 2025 itu target yang terbilang sangat optimis, tapi kita lebih moderat,” ucap Sunandar di Gedung BEI, Jakarta, Senin (11/9).
Ia menuturkan, salah satu perbaikan utama oleh sistem baru ini salah satunya memproses permintaan jual-beli atau order lebih cepat dibandingkan dengan sistem yang berlaku saat ini.
“Sekarang order yang di atas itu 15.000 per detik. Nanti akan lebih besar lagi bisa di atas 20.000 per detik dengan cara kita menambah server-nya,” kata Sunandar.
Dengan demikian, perubahan ini akan mendukung pertumbuhan pasar modal yang semakin besar, dengan jumlah investor di pasar modal domestik yang saat ini telah mencapai 11,42 juta.
Sunandar mengungkapkan seiring dengan peningkatan jumlah investor dan nilai transaksi, BEI perlu meningkatkan kapasitas server demi mengakomodasi permintaan yang lebih tinggi. “Dengan peningkatan jumlah investor dan nilai transaksi, maka server BEI juga perlu ditingkatkan,” ujar dia.