Emiten konstruksi PT Berdikari Foundation Perkasa Tbk (BDKR) resmi tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Jumat (3/3). Yayasan Berdikari merupakan emiten ke-22 tahun ini.
Pada awal perdagangan, harga saham emiten berkode BDKR itu naik 10% menjadi Rp 220 dari tingkat harga penawaran umum, yakni Rp 220 per saham. Namun, hingga pukul 09.25 WIB, saham tersebut naik 27% atau 54 poin menjadi Rp 254. Harga saham tertinggi mencapai Rp 226 per saham dengan kapitalisasi pasar Rp 1,20 triliun.
Total saham yang diperdagangkan tercatat sebanyak 154,39 juta dengan nilai transaksi Rp 37,94 miliar. Sedangkan frekuensi perdagangan tercatat sebanyak 19.632 kali dengan harga jual berkisar Rp 204 hingga Rp 266 per saham.
Direktur BDKR Tan Franciscus mengatakan perusahaan telah melalui proses panjang sebelum bisa diungkap ke publik.
“Perseroan tidak hanya bergantung pada konstruksi dan infrastruktur, namun memiliki kapabilitas proyek di sektor industri, pertambangan, EBT, dan petrokimia. Meski sentimen konstruksi cenderung kurang positif, kami yakin potensi masa depan perseroan masih menjanjikan,” ujar Tan , di Gedung BEI, Jumat (3/3).
Yayasan Berdikari menawarkan kepada publik sebanyak 706,1 juta lembar saham yang merupakan 15% dari modal ditempatkan dan disetor perseroan dan ditawarkan dengan harga penawaran Rp 200 per saham.
Pada saat yang sama, perseroan juga menerbitkan 353,05 juta Waran Seri I yang menyertai saham baru tersebut. Setiap pemegang dua saham baru BDKR berhak atas satu waran. Selama masa penawaran umum 27 Februari hingga 1 Maret 2023, perseroan berhasil menghimpun dana sebesar Rp 141,22 miliar.
BDKR adalah badan hukum Indonesia berkedudukan di Jakarta yang didirikan pada
1984 mengkhususkan diri pada pondasi, pekerjaan tanah, konstruksi dermaga, pengangkatan berat dan penyewaan derek.