liveslot168
liveslot168
liveslot168
liveslot168
liveslot168
liveslot168
liveslot168
Cocol88
Cocol88
Cocol88
Cocol88
Cocol88
Cocol88
Cocol88
bosswin168
bosswin168 login
bosswin168 login
bosswin168 rtp
bosswin168 login
bosswin168 link alternatif
boswin168
bocoran rtp bosswin168
bocoran rtp bosswin168
slot online bosswin168
slot bosswin168
bosswin168 slot online
bosswin168
bosswin168 slot viral online
cocol88
cocol88
cocol88
cocol88
cocol88
cocol88
cocol88
cocol88
lotus138
bosswin168
bosswin168
maxwin138
master38
master38
master38
mabar69
mabar69
mabar69
mabar69
master38
ronin86
ronin86
ronin86
cocol77
cocol77
ronin86
ronin86
ronin86
ronin86
ronin86
ronin86
ronin86
cocol77
ronin86
cocol77
cocol77
cocol77
maxwin138
MASTER38 MASTER38 MASTER38 MASTER38 BOSSWIN168 BOSSWIN168 BOSSWIN168 BOSSWIN168 BOSSWIN168 COCOL88 COCOL88 COCOL88 COCOL88 MABAR69 MABAR69 MABAR69 MABAR69 MABAR69 MABAR69 MABAR69 MAHJONG69 MAHJONG69 MAHJONG69 MAHJONG69 RONIN86 RONIN86 RONIN86 RONIN86 RONIN86 RONIN86 RONIN86 RONIN86 ZONA69 ZONA69 ZONA69 NOBAR69 ROYAL38 ROYAL38 ROYAL38 ROYAL38 ROYAL38 ROYAL38 ROYAL38 ROYAL38
SLOT GACOR HARI INI SLOT GACOR HARI INI
Investor Diminta Jangan Panik Hadapi Perubahan Batas Bawah Harga Saham

Batas penolakan otomatis yang lebih rendah (ARB) sebesar 7% dianggap tidak diperlukan lagi dalam situasi saat ini di mana wabah terkendali dan kinerja produsen kembali baik.

Karena menurut pengamat pasar modal, direktur PT Avere Mitra Investama Teguh Hidayat, ketika limit ARB 7% masih berlaku hingga saat ini, maka dapat timbul efek samping yaitu meningkatnya aktivitas spekulatif pada saham-saham yang fundamentalnya buruk atau istilahnya fried. jatuh tempo saham. untuk ilusi psikologis.

Akibatnya, banyak investor, atau lebih tepatnya spekulan, yang kini berani membeli saham yang berisiko sangat tinggi dan tidak layak untuk diinvestasikan, hanya karena berharap harga besok 20-35% ARA, dan tahu risikonya. ARB dibatasi maksimal 7%.

Menurutnya, akan lebih baik jika batas ARB kembali ke 20-35 persen, sehingga pelaku pasar kembali menjadi investor dengan membeli saham perusahaan yang benar-benar menghasilkan keuntungan dan membayar dividen, dan tidak lagi menjadi spekulan dengan membeli saham. yang pendapatnya dimotivasi oleh pendapatnya.

“Jika Anda yakin saham Anda benar-benar bagus, tidak ada masalah, Anda tidak perlu khawatir karena tidak akan merusak ARB 20-355. Dalam jangka panjang, ini akan membuat pasar modal Indonesia lebih sehat. . Investor akan kembali untung dari fundamental saham. Baguslah layak naik tinggi,” kata Teguh seperti dikutip dari lamannya yang dikutip Kamis (9/3).

Hanya dalam jangka pendek, mungkin katanya akan ada gejolak baru karena investor sekelas Corona tidak pernah mengalami penurunan saham 35% hanya dalam sehari sehingga bisa panik dan membuat IHSG tidak stabil.

Namun, Teguh yakin krisis ini tidak akan berlangsung selamanya. “Itu hanya sebagian dari kondisi yang terjadi akibat penyesuaian agar ke depan pasar modal Indonesia bergerak sesuai kinerja dan bukan hanya berdasarkan sentimen atau rumor,” ujarnya.

Sebagai informasi, yang dimaksud dengan auto reject adalah batas maksimum perubahan harga suatu saham yang dapat terjadi dalam satu hari perdagangan. Lebih spesifiknya, Auto Rejection Upper (ARA) adalah batas maksimal kenaikan harga saham, sedangkan Auto Rejection Lower (ARB) adalah batas maksimal turunnya harga saham dalam satu hari.

Sebelum Maret 2020, peraturan BEI menyebutkan saham dengan harga nominal Rp 50–200 bisa naik atau turun maksimal 35% dalam sehari, nominal Rp 200–5.000 bisa naik atau turun maksimal 25% dalam sehari. , dan nilai nominal di atas 5.000 bisa bertambah atau berkurang. hingga 20% dalam sehari.

Namun setelah Maret 2020, aturannya diubah dimana tidak ada perubahan untuk limit ARA, tetapi untuk limit ARB maksimal 7% untuk seluruh saham.

Pasalnya, dalam kondisi pasar Maret 2020 yang sangat fluktuatif saat pandemi Covid-19 menyebar ke seluruh dunia, termasuk di Indonesia, JHSG turun drastis dari sekitar 6.000 menjadi sedikit di bawah 4.000 pada 24 Maret. Nah disitulah bursa saham kemudian melakukan intervensi dengan memberlakukan limit ARB sebesar 7%, dan akibatnya saham dan juga IHSG meski masih turun namun penurunannya tidak sedalam tahun 2008 lalu.

Sebelumnya, pada Agustus 2015, BEI juga mengubah limit ARB menjadi maksimal 10% (dari sebelumnya 20-35%), juga karena market collapse saat itu. Dan beberapa waktu kemudian, ketika pasar akhirnya kembali normal dan tidak ada lagi kepanikan, batas ARB kembali menjadi 20-35% pada Januari 2017, sebelum berubah lagi menjadi maksimal 7% pada Maret 2020 seiring jatuhnya IHSG. terhadap dampak epidemi.