Deloitte menerbitkan penelitian terbaru tentang pasar penawaran umum perdana (IPO). Menariknya, pasar IPO di kawasan Asia Tenggara menjadi favorit investor di tengah perlambatan IPO global pada paruh pertama 2023.
Dalam enam bulan terakhir, 85 perusahaan telah melakukan aksi IPO korporasi dan memperoleh $3,3 miliar atau setara dengan Rp49,9 triliun dengan asumsi kurs Rp15.151 per dolar AS, di mana 70% penawaran umum berasal dari perusahaan asal Indonesia. . Dibandingkan dengan tahun sebelumnya, jumlah IPO di kawasan ini adalah 73 dan mengumpulkan $3,1 miliar.
Ada peningkatan 16% jumlah perusahaan yang melakukan IPO dan peningkatan pendapatan 5% dari dana penawaran umum untuk paruh pertama tahun 2023.
Prospek pertumbuhan positif Asia Tenggara menjadikan kawasan ini favorit bagi investor karena aliran masuk investasi langsung asing yang terus berlanjut seiring dibukanya kembali kawasan tersebut, industri pariwisata pulih, dan permintaan domestik melonjak, tulis laporan Deloitte, seperti dikutip CNBC International, Minggu (9/9). / 7).
“Faktor-faktor ini telah berkontribusi pada pertumbuhan ekonomi yang positif di kawasan meskipun ekonomi global sedang tidak menentu.”
Peningkatan ini sebagian besar disebabkan oleh tiga IPO di Indonesia yang masing-masing mengumpulkan lebih dari US$500 juta, dibandingkan dengan IPO jumbo tahun lalu sebesar US$1 miliar tetapi hanya dari satu perusahaan, PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk GOTO).
Sementara itu, pertukaran Nasdaq berteknologi tinggi di Amerika Serikat belum melihat IPO teknologi besar yang didukung perusahaan sejak vendor perangkat lunak HashiCorp pertama kali memulai debutnya pada Desember 2021. Perlambatan IPO global berlanjut hingga paruh pertama tahun 2023, dengan IPO 5% lebih sedikit daripada waktu yang sama tahun lalu, menurut laporan EY.
Indonesia tercatat memberikan pangsa terbesar dalam pencapaian penawaran umum di kawasan. Ada beberapa perusahaan yang mendapatkan dana IPO besar yakni PT Trimegah Bangun Persada Tbk Rp 10 triliun, perusahaan bahan mineral EV dan baterai PT Merdeka Battery Materials Tbk Rp 8,74 triliun dan operator listrik panas bumi PT Pertamina Geothermal Energy Tbk Rp 9,06 triliun.
Presiden Indonesia Joko Widodo sebelumnya memperkenalkan langkah-langkah untuk memposisikan Indonesia sebagai pusat rantai pasokan kendaraan listrik global, termasuk menandatangani perjanjian dengan Australia untuk bekerja sama dalam produksi utama EV mineral lithium dan nikel.
“Indonesia memiliki cadangan nikel terbesar di dunia dan IPO Harita Nickel (PT Trimegah Bangun Persada Tbk) baru-baru ini merupakan ukuran yang baik dari minat investor lokal dan internasional,” kata Deloitte.
Deloitte menyebut Indonesia memiliki 44 emiten baru pada kuartal pertama 2023. Sementara bursa Thailand dan Malaysia menyusul masing-masing 18 dan 16 perusahaan.
Penasihat keuangan global dan kantor akuntan publik tersebut juga menekankan bahwa pasar modal regional masih memiliki banyak peluang menarik sejalan dengan kebijakan pro-pertumbuhan masing-masing negara, ekonomi makro yang stabil dan demografi Asia Tenggara yang sehat, ditambah dengan dampak pertumbuhan kewirausahaan yang didorong oleh teknologi. menuju investasi, dan hubungan perdagangan yang kuat dengan Cina.
Deloitte tetap optimis tentang prospek kawasan Asia Tenggara pada paruh kedua tahun ini. “Masih harus dilihat bagaimana Asia Tenggara akan mengatasi badai dalam pemulihan ekonominya.” Ketidakpastian seperti kenaikan suku bunga, masalah di sektor perbankan dan inflasi terus mengguncang perekonomian.
Dana Moneter Internasional memperkirakan pertumbuhan Asia Tenggara akan melambat dari 5,7% pada tahun 2022 menjadi 4,6% pada tahun 2023. Organisasi tersebut mengutip sedikit moderasi dalam permintaan domestik untuk Malaysia dan Thailand, penurunan harga komoditas di Indonesia dan Malaysia, dan permintaan eksternal yang lebih lemah. AS dan Eropa.