Perusahaan jasa keuangan JP Morgan memprediksi Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) akan menembus angka 7.500 pada akhir tahun 2023. Salah satu penyebabnya adalah momentum positif pasar modal Indonesia di tahun 2022 yang akan berlanjut di tahun 2023.
Kepala Riset dan Strategi Indonesia JP Morgan Indonesia Henry Wibowo mengatakan, pandangan JP Morgan masih positif terhadap pasar saham Indonesia.
“Rating yang kami berikan kepada ekuitas Indonesia adalah overweight, salah satu pasar dengan kinerja terbaik di Asia Pasifik,” kata Henry di Jakarta, Rabu (1/3).
Secara teknikal, forecast multiple valuation atau price to earning JCIS JP Morgan berada di level 14 dan level median selama 10 tahun terakhir.
“Kemudian kami perkirakan pertumbuhan pendapatan di level 5%. Jadi dikalikan 14, maka pendapatan akan terus meningkat 5 persen ke target 7.500,” ujar Henry.
Selain itu, juga terjadi pergeseran sektor penggerak IHSG. Jika tahun lalu adalah tahunnya sektor komoditas seperti energi, untuk tahun 2023 sektor konsumen bisa menjadi pendorong IHK.
“Tahun lalu laba sektor konsumer tergerus, margin tergerus karena harga bahan baku input naik. Tahun ini justru terlihat marjinnya, sehingga pertumbuhan pendapatan sektor konsumer meningkat cukup pesat,” ujar Henry.
Senior Country Officer JP Morgan Indonesia Gioshia Ralie menjelaskan pandangan positif JP Morgan muncul meski pasar saham lokal melihat aliran dana asing keluar sejak awal tahun.
Ini mengikuti investor yang memindahkan dana ke China, setelah negara panda itu membuka kembali perbatasannya dan membatalkan kebijakan toleransi nol Covid-19 selama tiga tahun.
“Pada dasarnya, konsumsi domestik Indonesia tetap kuat dan pendapatan korporasi semakin tinggi. Kami yakin pasar saham Indonesia masih akan memiliki prospek positif tahun ini, karena investor memutuskan untuk membeli di tengah pelemahan,” kata Gioshia dalam kesempatan yang sama.
Selain itu, lanjutnya, rupiah yang menguat dan meningkat sekitar 3 persen tahun ini dibandingkan dolar AS, juga akan memberikan iklim investasi yang baik bagi pasar saham dalam waktu dekat.
Menurut dia, penguatan rupiah bisa menguntungkan pasar. Dimana kenaikan 1% rupiah terhadap dolar AS dapat meningkatkan laba bersih per saham sebesar 1%, dengan asumsi hal lain tetap konstan.
Penguatan rupiah juga menjadi kabar baik bagi para importir yang menggunakan dolar AS, terutama perusahaan barang konsumsi yang mengimpor bahan baku, serta perusahaan yang terekspos utang menggunakan dolar AS, kata Gioshia.