JP Morgan Securities menurunkan peringkat PT Astra International Tbk (ASII) menjadi netral dari sebelumnya overweight. Padahal kinerja saham tersebut lebih baik 30% dibandingkan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) year to date.
Setidaknya ada tiga alasan downgrade. Pertama, peningkatan bisnis otomotif sepertinya tidak akan berlanjut. Kedua, pertumbuhan pendapatan yang lebih rendah sebesar 4-5% diperkirakan pada 2023-2024 dari 43% pada 2022, menyusul perlambatan bisnis terkait komoditas PT United Tractors Tbk (UNTR) dan PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI).
Ketiga, dividen khusus tidak dimungkinkan setelah pertumbuhan laba terkendali, serta kebutuhan modal yang besar terkait rencana akuisisi 20% saham Industries Limited (NIC) di UNTR.
“Kami perkirakan harga saham akan moderat dalam jangka menengah karena kurangnya katalis, serta laba yang lebih lemah dari ekspektasi,” tulis JP Morgan dalam risetnya, Kamis (22/6).
JP Morgan juga yakin pertumbuhan pendapatan Astra International dapat melambat secara material karena normalisasi volume kendaraan roda empat, harga komoditas yang lebih rendah, dan biaya kredit yang lebih tinggi dalam bisnis pembiayaan.
“Penjualan kendaraan roda empat telah pulih ke tingkat pra-Covid 1 juta unit per tahun, tetapi data bulanan sejauh ini gagal meyakinkan investor bahwa penjualan mobil siap untuk tumbuh,” tulis penelitian tersebut.
Penjualan retail di bulan Mei cukup baik sebesar 82,5 ribu unit dan membawa rata-rata tahun ini menjadi 84 ribu unit per bulan. Harga komoditas yang lebih rendah juga akan mempengaruhi pendapatan UNTR, di mana laba bersih per saham diperkirakan turun sebesar 27% pada tahun 2023.
Terakhir, biaya kredit pada kuartal pertama 2023 untuk unit pembiayaan Astra jauh lebih rendah dari standar historis. JP Morgan juga menduga kenaikan cadangan bisa merugikan pendapatan kuartalan di masa depan.
Berita Toyota menurut JP Morgan juga tidak mungkin mempengaruhi harga saham dalam waktu dekat. Tujuan Toyota untuk menjual 1,5 juta kendaraan listrik pada tahun 2026 sepertinya tidak akan meningkatkan basis Astra dalam waktu dekat.
Toyota mencatat bahwa setiap pasar akan memiliki kebutuhan dan kesesuaian yang berbeda. Dalam kasus Indonesia, memanfaatkan sepenuhnya kendaraan listrik mungkin sangat sulit.
“Kami yakin hybrid sebagai jembatan adalah langkah yang tepat. Tapi performa kuat Zenix sudah diperhitungkan,” tulis penelitian tersebut.
Sementara menurut JP Morgan, penerbitan deviden khusus tidak mungkin terulang. JP Morgan menilai akan sulit bagi Astra International untuk mengulang dividen khusus tahun 2022 sebesar Rp552 per saham tahun depan. Ini karena kebutuhan modal perusahaan yang tinggi, apalagi jika UNTR melanjutkan akuisisi 20% saham NIC.
“Saham Astra saat ini diperdagangkan 9 kali lipat dari yang kami yakini sebagai nilai wajar. Kami mengambil pendapatan harga rata-rata selama setahun terakhir sebagai kelipatan wajar kami. Target harga saham kami sedikit direvisi menjadi Rp 7.050 per saham dari sebelumnya Rp 6.900,” tulis JP Morgan.
Pada perdagangan Kamis (22/6) harga saham ASII terpantau turun 75 poin atau 1,08% menjadi Rp 6.850 pada pukul 10.24 JATS.