Investor kawakan Lo Kheng Hong mengaku harus melakukan diversifikasi sahamnya. Meski dia bukan tipe investor yang banyak mendiversifikasi portofolio sahamnya.
Hal itu dilakukan karena menurut Lo Kheng Hong, dia masih memiliki banyak uang, namun harga saham yang akan dibelinya di emiten portofolionya sudah naik.
“Kami tidak mau diversifikasi, soalnya stok habis dan uang masih banyak. Jadi sebaiknya beli yang lain,” ujarnya dalam Investak KSPM FEB UI 2023 “Navigating Your Future Wealth: Essential Roadmap for Young Investor” dikutip Rabu (17/5).
Misalnya, di PT Bank CIMB Niaga Tbk (BNGA), ia tercatat sebagai pemegang 12 juta saham atau terbesar ke-20 dalam saham. Saat itu Lo Kheng Hong membelinya seharga Rp 1.000 dalam 12 juta saham.
Kemudian ketika dia memiliki lebih banyak uang dan ingin membeli saham itu lagi, tetapi harga saham tersebut telah naik cukup tinggi sehingga dia berhenti membeli. “Jadi tinggal di sana hanya ada 12 juta saham,” ujarnya.
Contoh lain berlaku untuk portofolio emiten PT Bank OCBC NISP Tbk (NISP). Di NISP, Lo Kheng Hong memiliki 120 juta saham dengan harga Rp 630-700 per saham. Saat ingin membeli, tapi harganya masih tinggi.
“Jadi tertinggal karena harganya sudah naik. Ingin menghabiskan uang tanpa kehabisan, sekarang banyak uang. Tidak banyak barang yang tersedia,” kata Lo Kheng Hong.
Investor yang kerap disebut Warren Buffet asal Indonesia ini kini memiliki portofolio emiten di berbagai sektor. Misalnya dari perkebunan, pertambangan, real estate, media, ban dan perbankan.
Emiten tersebut antara lain PT Austindo Nusantara Jaya Tbk (ANJT), PT Tunas Baru Lampung Tbk (TBLA), PT Gajah Tunggal Tbk (GJTL), PT ABM Investama Tbk (ABMM), PT Indika Energy Tbk (INDY), PT Pertamina Gas Negara Tbk (PGAS), PT Intiland Development Tbk (DILD), PT Global Mediacom Tbk (BMTR), PT Bank CIMB Niaga Tbk (BNGA), PT Bank OCBC NISP Tbk (NISP), dan PT Clipan Finance Indonesia Tbk (CFIN).