Produsen baja milik negara PT Krakatau Steel Tbk (KRAS) membukukan laba bersih US$ 19,47 juta atau sekitar Rp 291,91 miliar dengan asumsi kurs rata-rata Rp 14.993 per dolar AS untuk tahun buku 2022.
Laba yang diperoleh turun 56,17% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar US$ 44,43 juta atau setara dengan Rp 666,13 miliar.
Berdasarkan publikasi laporan keuangan KRAS, perseroan memperoleh US$ 2,24 miliar atau setara Rp 33,58 triliun, meningkat 5,8% dari pendapatan perseroan tahun 2021 sebesar US$ 2,12 miliar atau setara Rp. 31,78 triliun.
Sejalan dengan kenaikan pendapatan, beban pokok Krakatau Steel juga meningkat menjadi US$ 2,03 miliar sepanjang 2022 dibandingkan 2021 yang tercatat US$ 4 1,91 miliar.
Dengan demikian, perseroan membukukan laba kotor US$ 202,47 juta atau setara Rp 3,03 triliun dengan EBITDA positif US$ 108,72 juta atau setara Rp 1,63 triliun.
Direktur Utama Krakatau Steel Purwono Widodo menjelaskan keterlambatan penyajian laporan keuangan tahun buku 2022 disebabkan oleh kebakaran di fasilitas Hot Strip Mill (HSM). Atas keterlambatan tersebut, perseroan diharuskan membayar denda dan saham KRAS nyaris dibekukan oleh otoritas bursa.
Namun, kata Purwono, berdasarkan hasil audit KAP Tanudiredja, Wibisana, Rintis & Rekan (PricewaterhouseCoopers), seluruh laporan keuangan Krakatau Steel disajikan secara wajar di semua aspek penting.
“Posisi keuangan Krakatau Steel per 31 Desember 2022 serta kinerja keuangan dan arus kas yang berakhir pada tanggal tersebut telah sesuai dengan standar akuntansi keuangan di Indonesia,” ujar Purwono, dalam keterangan resminya, Kamis (29/6). ).
Namun kejadian tersebut dapat mempengaruhi potensi laba kena pajak atas kinerja tahun 2023, sehingga manajemen memilih untuk memulihkan sebagian aset pajak tangguhan tahun 2022 yang selanjutnya akan mempengaruhi kinerja tahun 2022.
“Insiden HSM diperkirakan akan mempengaruhi operasional perusahaan selama 6-7 bulan ke depan,” ujarnya.
Menanggapi hal tersebut, manajemen menyiapkan langkah-langkah antara lain segera melaksanakan perbaikan pabrik, melaksanakan program efisiensi, meningkatkan tagihan, menjadwalkan pembayaran ke beberapa pemasok, serta bekerja sama dengan mitra pabrik baja untuk mengkoordinasikan ketersediaan bahan baku.
Pada 2022, Krakatau Steel tercatat membayar utang Commerzbank sebesar US$ 216 juta atau setara Rp 3,3 triliun. Sementara itu, hingga saat ini Krakatau Steel telah membayar utang senilai US$ 718 juta atau setara Rp 10,9 triliun dari total utang pokok sebesar US$ 2,2 miliar atau setara Rp 33,6 triliun.
Purwono juga mengatakan sepanjang tahun 2022 Krakatau Steel mencatatkan arus kas positif yang diperoleh dari aktivitas operasi sebesar US$306,58 juta atau setara dengan Rp4,78 triliun pada tahun 2022 atau meningkat 2 kali lipat dari US$119,89 juta atau setara dengan Rp. 1,71 triliun dibandingkan periode yang sama tahun 2021.