Mirae Asset Sekuritas menilai ekonomi makro Indonesia masih positif di tengah potensi resesi di Amerika Serikat. Beberapa katalisator yang menyebabkan makro positif Indonesia adalah Rupiah yang masih menguat. Selain itu, selisih antara imbal hasil obligasi negara dan obligasi pemerintah Indonesia melebar signifikan di bulan Maret.
Head of Investment Information Mirae Asset Sekuritas Martha Christina Puspitasari memproyeksikan Indeks Harga Saham Gabungan atau IHSG akan lebih positif pada semester II dibandingkan semester I 2023. Namun, dia akan tetap menilai nilai IHSG meski tidak jauh dari perkiraan sebelumnya 6.788.
Sebagai informasi, IHSG saat ini berada dalam tren menurun, bahkan secara tahunan sudah turun 2,09%. Selama satu minggu ini JHSG mencatatkan pelemahan sebesar 1,18%. Kemudian, pada pergerakan enam bulan, IHSG berada di zona merah dengan penurunan sebesar 4,94%.
Martha menjelaskan, tren penurunan IHSG dipicu oleh saham-saham di sektor material dan sektor energi. “Sektor material dan sektor energi menjadi salah satu penyumbang terbesar penurunan IHSG,” katanya kepada wartawan dalam acara Mirae Asset Sekuritas, Jumat (12/5).
Pasalnya, kedua sektor saham tersebut akan mengalami peningkatan di tahun 2022. Hingga pangsa dan peran sektor material dan energi akan meningkat di IHSG.
Namun, kata dia, saat komoditas turun, justru sektor konsumen yang diuntungkan. “Makanya kami melihat sektor ini sebagai opsi yang menarik bagi investor selain defensif, sehingga juga bisa terus tumbuh dan diuntungkan dari harga komoditasnya sendiri,” ujarnya.
Selain konsumen, kata dia, sektor perbankan masih menjadi primadona untuk memperkuat JHSG. Karena perbankan merupakan salah satu pondasi dari gerakan JCIS.