Mulai 2023, Dewan Jasa Keuangan (OJK) menargetkan penghimpunan dana di pasar modal mencapai Rp 170 triliun hingga akhir tahun ini. Namun target tersebut lebih rendah jika dibandingkan dengan pencapaian penggalangan dana pada tahun 2022.
Sebagai informasi, hingga 30 Desember 2022, penghimpunan dana di pasar modal masih menjadi yang tertinggi. Yakni Rp 267,73 triliun dengan tercatat 71 emiten baru yang merupakan rekor tertinggi untuk jumlah emiten baru.
“Target penggalangan dana tahun 2023 saja Rp 170 triliun. Kalau dibanding tahun 2022 luar biasa mencapai sekitar Rp 260 triliun, tapi kalau outlier seperti GOTO dihilangkan, maka masih ada pertumbuhan positif yang seimbang dengan target tahun 2022,” kata Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal OJK itu. , Inarno Djajadi dalam Konferensi Pers Awal Tahun OJK, Senin (2/1).
Inarno juga menambahkan saat ini ada 84 rencana penawaran umum dengan nilai Rp 81,4 triliun, termasuk rencana penawaran umum perdana (IPO) saham yang akan dilakukan oleh 58 emiten baru.
Pada tahun 2022, jumlah investor pasar modal telah mencapai 10,31 juta investor. Ini merupakan tonggak baru bagi industri pasar modal.
“Dukungan kemudahan masyarakat dalam mengakses instrumen pasar modal serta perluasan jalur distribusi terutama secara digital mendukung lonjakan pertumbuhan investor sebesar 37,68%,” lanjut Inarno.
Menilik data E-IPO, saat ini ada enam perusahaan yang melakukan penawaran umum perdana atau penawaran. Antara lain, PT Data Sinergitama Jaya Tbk (ELIT), PT Citra Buana Prasida Tbk (CBPE), PT Sunindo Pratama Tbk (SUNI), PT Jarum Jobubu Minahasa Tbk (BEER), PT Cakra Buana Resources Energi Tbk (CBRE), dan PT Mitra Tirta Buwana Tbk (JIWA).