Perusahaan farmasi BUMN PT Kimia Farma Tbk membukukan rugi bersih pada 2022, berbeda dengan kinerja yang dicapai pada tahun sebelumnya.
Mengutip laporan keuangan yang dipublikasikan, pada 2022 Kimia Farma membukukan rugi bersih Rp 170,04 miliar. Hal tersebut berbeda dengan pencapaian di tahun 2021, dimana perseroan berhasil membukukan laba bersih sebesar Rp302,27 miliar.
Penyebab rugi bersih produsen berkode perusahaan KAEF itu adalah menurunnya kinerja penjualan selama setahun terakhir. Pada 2022, Kimia Farma mencatatkan penjualan sebesar Rp 9,6 triliun, turun 25,28% dibandingkan penjualan pada 2021 yang mencapai Rp 12,85 triliun.
Kontributor utama penjualan Kimia Farma masih berasal dari dalam negeri yakni Rp 8,4 triliun. Jumlah tersebut menurun 16,29% dibandingkan penjualan yang dicapai pada 2021 yang sebesar Rp10 triliun.
Tidak hanya penjualan domestik yang menurun, Kimia Farma juga mencatatkan penurunan penjualan di luar negeri. Berdasarkan laporan keuangan, penjualan ke luar negeri perseroan tahun lalu tercatat Rp 133,3 miliar, turun 33,5% dibandingkan tahun sebelumnya.
Dari sisi lini produk, penjualan Kimia Farma masih didominasi obat generik yang tahun lalu mencatatkan angka penjualan Rp 864,52 miliar. Pencapaian ini menurun sebesar 59,12% dibandingkan tahun sebelumnya.
Penurunan penjualan produk Kimia Farma juga terjadi pada produk obat resep, izin, dan narkotika yang turun 14,22% menjadi Rp 577,6 miliar. Kemudian penjualan bahan baku juga menurun, dari Rp 219,9 miliar menjadi Rp 146,11 miliar.
Satu-satunya lini produk Kimia Farma yang mencatat kenaikan penjualan adalah obat-obatan dan kosmetik bebas. Sepanjang tahun lalu, dari lini produk ini, perseroan membukukan penjualan sebesar Rp 378,72 miliar, meningkat 6,17% dibandingkan tahun sebelumnya.
Pada tahun 2022, Kimia Farma justru mencatatkan kenaikan pendapatan lain-lain sebesar 203,61% menjadi Rp252,63 miliar. Peningkatan ini terutama ditopang oleh listing fee dan brand activity fee yang tercatat sebesar Rp175,65 miliar, naik 53,5% dibandingkan tahun sebelumnya. Kemudian, sewa gedung dan ruangan juga meningkat signifikan sebesar 166,12% menjadi Rp 37,63 miliar.
Namun karena kinerja penjualan yang buruk, serta beban usaha dan beban keuangan yang sedikit menurun, yang hanya turun masing-masing sebesar 6,11% dan 14,19%, Kimia Farma membukukan rugi bersih.