Perusahaan di Indonesia diprediksi akan fokus mengejar keuntungan tahun ini. Sebanyak 80% perusahaan akan mengalihkan upaya inovasinya dari kreativitas menjadi ‘ketahanan’ atau resistensi di tengah kondisi ekonomi dunia yang tidak menentu.
Hal ini berdasarkan laporan Studi Prioritas Forrester Asia Tenggara dan Jepang 2022. Wakil Presiden Direktur Riset Senior Forrester Frederic Giron mengatakan eksekutif teknologi akan beralih ke inovasi pragmatis yang berfokus pada peningkatan ketahanan operasi perusahaan.
“Perusahaan membutuhkan teknologi untuk memahami, berlatih untuk merespon, dan keterampilan bisnis yang adaptif untuk menemukan peluang,” ujarnya dalam acara Prediksi Teknologi Indonesia 2023 di Pullman Thamrin Jakarta, Selasa (7/3).
Kebijakan resiliensi yang ditempuh perseroan disebut sebagai respons terhadap situasi yang akan terjadi pada 2022. Beberapa kondisi yang dimaksud adalah dampak dari masalah pasokan, kekurangan staf, dan kenaikan biaya yang mengejutkan banyak perusahaan.
“Sehingga ketahanan bisnis menjadi keunggulan kompetitif bagi perusahaan.” kata Giron.
Berdasarkan laporan Forrester Southeast Asia And Japan Priorities Survey 2022, perusahaan berbagi tujuan bisnis untuk tahun depan atau 2023, antara lain:
47% Meningkatkan pendapatan44% Meningkatkan produk dan/atau layanan 39% Meningkatkan ketahanan operasional (bisnis)37% Meningkatkan kemampuan untuk berinovasi36% Mempercepat respons terhadap perubahan bisnis dan pasar35% Meningkatkan pengalaman pelanggan35% Mengurangi risiko perusahaan34% Mempercepat perpindahan ke bisnis digital30% Meningkatkan lingkungan keberlanjutan sebesar 27% Mengurangi biaya
Frederic mengatakan pertumbuhan belanja teknologi di kawasan Asia Tenggara pada tahun 2023 diperkirakan sebesar 6,5%, turun dari perkiraan tahun 2022 sebesar 7,2%. Namun pertumbuhan belanja teknologi Indonesia pada 2023 diprediksi mencapai lebih dari 9%.
Frederic memaparkan tujuh pilar ketahanan bisnis, yaitu:
Analisis dampak bisnis dan perencanaan kontinuitas Manajemen risiko sistemik Otomasi TI yang andal Pengalaman karyawan dan perencanaan kontinjensi tenaga kerja Manajemen risiko rantai pasokan Manajemen krisis dan insiden
Perusahaan juga dilaporkan berfokus pada peningkatan kelestarian lingkungan karena perubahan iklim dianggap mendominasi risiko global dalam beberapa dekade mendatang.
Berdasarkan WEF Global Risk Report 2023, dampak risiko global akibat perubahan iklim yang akan dirasakan dalam dua tahun ke depan adalah:
Krisis biaya hidup Bencana alam dan cuaca ekstrim Konfrontasi geoekonomi Kegagalan untuk memitigasi perubahan iklim Erosi kohesi dan polarisasi komunitas Kerusakan lingkungan skala besar Runtuhnya adaptasi perubahan iklim Kejahatan dunia maya dan penyakit dunia maya yang meluas Krisis sumber daya alam Migrasi paksa skala besar
Dampak risiko global akibat perubahan iklim yang akan dirasakan dalam 10 tahun mendatang adalah:
Kegagalan mitigasi perubahan iklim Kegagalan beradaptasi dengan perubahan iklim Bencana alam dan cuaca ekstrem Hilangnya keanekaragaman hayati dan kerusakan ekosistem Migrasi paksa berskala besar Krisis sumber daya alam Erosi kohesi dan polarisasi komunitas Kejahatan dunia maya dan penyakit dunia maya yang meluas Konfrontasi geoekonomi Kerusakan lingkungan berskala besar