Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berakhir di zona merah pada perdagangan sesi I hari ini, Selasa (10/1) ditutup turun 1,52% ke 6.586.
Data perdagangan Bursa Efek Indonesia (BEI) menunjukkan nilai transaksi hari ini tercatat Rp 7,43 triliun dengan volume perdagangan 10,7 miliar. Frekuensi perdagangan mencapai 762,299 juta kali.
Ada 396 saham terkoreksi, 133 saham zona hijau dan 173 saham stagnan. Sedangkan kapitalisasi pasar IHSG mencapai 9,15 triliun.
Mayoritas bursa saham Asia juga berada di zona merah. Hang Seng turun 0,02%, Shanghai Composite turun 0,2%, dan Straits Times turun 0,97%. Satu-satunya bursa Asia di zona hijau adalah Nikkei 225 dengan kenaikan 0,79%.
Head of Technical Analyst Research BNI Sekuritas Andri Zakarias Siregar mengatakan dalam risetnya kemarin (9/1), bursa regional Asia Pasifik mengalami peningkatan. Hong Kong dan China daratan melanjutkan perjalanan tanpa karantina selama akhir pekan, menandai berakhirnya kebijakan nol-Covid yang membuat perbatasan ditutup secara efektif selama hampir tiga tahun.
Teknologi, perjalanan, dan saham konsumen mendorong kenaikan Hang Seng. Kospi dan Indeks Tertimbang TSEC membukukan kenaikan lebih dari 2%. IHK Indonesia pada Desember 2022 mencapai 119,9, meningkat dibanding bulan sebelumnya.
Secara teknikal, lanjut Andri, IHSG masih menunjukkan indikator yang lemah, terlihat dari MACD yang turun, Stochastic yang turun, candle doji yang berkaki panjang. “IHSG diperkirakan bergerak di kisaran 6.635 – 6.740,” katanya.
Mencermati pergerakan bursa efek Indonesia, hampir semua sektor saham berada di zona merah. Dipimpin oleh sektor keuangan dengan penurunan hingga 2,23%. Saham sektor keuangan seperti PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) turun 2,66% atau 225 poin menjadi Rp 8.225 per saham.
Selanjutnya, PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) turun 3,27% atau 150 poin menjadi Rp 4.440 per saham. Terakhir, PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI) yang turun 4,63% atau 450 poin menjadi Rp 9.275 per saham.
Head of Research NH Korindo Sekuritas, Liza Camelia mengatakan dalam risetnya bahwa IHSG masih berpeluang untuk mengakhiri fase bottoming dengan mencoba membidik target January Effect di sekitar 6.800 yang merupakan titik pertemuan MA10 & MA20.
“Beli atau moving average bertahap masih tepat dilakukan di tengah pasar yang sangat fluktuatif saat ini,” kata Liza dalam risetnya.