PT TBS Energi Utama Tbk (TOBA) berencana menerbitkan obligasi dengan jumlah pokok maksimal Rp500 miliar. Obligasi tersebut terdiri dari dua seri, yaitu seri A dan seri B.
Obligasi Seri A memiliki indikasi kupon antara 8,25%-9,25%. Sedangkan obligasi seri B memiliki kupon 9,25%-10,25%. Kupon obligasi akan dibayarkan setiap tiga bulan.
Adapun jangka waktunya, obligasi Seri A bertenor tiga tahun dan obligasi Seri B bertenor lima tahun.
Obligasi tersebut rencananya akan mendapat pernyataan efektif dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pada 23 Februari 2023 dan memasuki masa penawaran umum pada 27-28 Februari 2023. Alokasi akan ditentukan pada 1 Maret 2023 dan perkiraan tanggal pelunasan obligasi tersebut. pemesanan dan pendistribusian obligasi elektronik akan dilakukan pada tanggal 3 Maret 2023.
Direktur TBS Energi Utama Juli Oktarina mengatakan perseroan memiliki rekam jejak pertumbuhan positif baik untuk aset maupun ekuitas dimana keduanya tumbuh lebih dari dua kali lipat dalam lima tahun terakhir.
“Kami telah membuktikan kemampuan kami dalam mengimplementasikan proyek dan perubahan dari perusahaan batu bara menjadi perusahaan energi dan kini menjadi perusahaan energi terintegrasi yang berfokus pada keberlanjutan,” ujar Juli dalam keterangan resmi, dikutip (3/2).
Selain menawarkan obligasi, perseroan juga memberikan kinerja keuangan yang positif dimana berdasarkan hasil audit menunjukkan pertumbuhan yang signifikan dalam hal pendapatan, laba bersih, aset, ekuitas dan posisi kas.
TBS Energi Utama SVP Corporate Finance & Investor Relations Mirza Hippy mengatakan perseroan mencatatkan peningkatan pendapatan hingga 64%, EBITDA hingga 95% dan arus kas operasi hingga 148%.
“Hal ini didukung dengan kenaikan harga batu bara dan juga beroperasinya dua aset PLTU yang sudah mulai beroperasi penuh pada 2022,” kata Mirza.
Rasio likuiditas juga menunjukkan tren positif dimana rasio kas dan rasio lancar meningkat menjadi 135%. Profitabilitas juga menunjukkan tren positif dengan peningkatan margin EBITDA hingga 47% didukung oleh peningkatan harga jual rata-rata batubara (baik untuk pertambangan maupun perdagangan).
“Debt to equity ratio mengalami penurunan dan juga terjadi peningkatan kemampuan membayar atau perlindungan pembayaran bunga yang meningkat hingga 51% (audited),” kata Mirza.
Sementara SVP Corporate Strategy & Investor Relations TBS Energi Utama Nafi Achmad Sentausa menambahkan pendapatan dan arus kas yang diperoleh akan digunakan untuk pengembangan bisnis hijau di Indonesia yang meliputi transformasi pasar kendaraan roda dua dengan nilai pasar hingga US$ 9 miliar.
“Perusahaan kami tempatkan dalam pengembangan energi baru terbarukan di Indonesia yang berpotensi mencapai 20 gigawatt pada 2030,” katanya.