liveslot168
liveslot168
liveslot168
liveslot168
liveslot168
liveslot168
liveslot168
Cocol88
Cocol88
Cocol88
Cocol88
Cocol88
Cocol88
Cocol88
bosswin168
bosswin168 login
bosswin168 login
bosswin168 rtp
bosswin168 login
bosswin168 link alternatif
boswin168
bocoran rtp bosswin168
bocoran rtp bosswin168
slot online bosswin168
slot bosswin168
bosswin168 slot online
bosswin168
bosswin168 slot viral online
cocol88
cocol88
cocol88
cocol88
cocol88
cocol88
cocol88
cocol88
lotus138
bosswin168
bosswin168
maxwin138
master38
master38
master38
mabar69
mabar69
mabar69
mabar69
master38
ronin86
ronin86
ronin86
cocol77
cocol77
ronin86
ronin86
ronin86
ronin86
ronin86
ronin86
ronin86
cocol77
ronin86
cocol77
cocol77
cocol77
maxwin138
Bank Sumut Bidik Dana IPO Rp 1,49 Triliun, untuk Apa Saja?

Setiap tahun pasar saham mengenal January Effect yaitu kondisi naiknya harga saham di bulan Januari di awal tahun. Pengaruh January Effect di pasar saham merupakan fenomena yang berulang.

Analis mengatakan fenomena ini biasanya terjadi karena investor kembali masuk atau membeli kembali saham yang dijual Desember sebelumnya.

Selain itu, pemikiran optimis dari setiap investor yang berharap awal tahun menjadi tahun yang baik bagi perekonomian. Sehingga para investor berinvestasi sebagai wujud realisasi resolusi awal tahun baru.

Grant Thornton Indonesia Consulting Partner Marvin Camangeg mengatakan January Effect merupakan produk anomali perdagangan pasar saham, yang bisa muncul bisa juga tidak. Terlepas dari berbagai teori dan strategi yang menjelaskan efek Januari, tidak ada jaminan bahwa tingkat pengembalian akan kebal terhadap potensi kerugian.

“Oleh karena itu, lebih aman melanjutkan penanganan dampak Januari dengan bijak,” ujarnya dalam keterangan resmi yang dikutip Jumat (20/1).

Mulai tahun 2023, January Effect diprediksi terjadi pada tahun ini didukung oleh efek pandemi yang mereda, serta pencabutan status Pembatasan Kegiatan Masyarakat atau PPKM oleh Presiden Joko Widodo.

Menurut data Bursa Efek Indonesia (BEI) pada perdagangan Kamis (19/1), IHSG ditutup menguat 0,80% ke 6.819,91. Indeks kembali di atas 6.700 setelah terus melayang di sekitar 6.600, bahkan turun ke level 6.500 selama delapan hari berturut-turut.

Meski begitu, investor masih dalam tahap mengamati atau menunggu dan melihat apakah dalam sepekan ke depan momentum January Effect benar-benar terjadi atau tidak. Investor mulai melirik berbagai sektor, seperti sektor pertambangan, energi, barang konsumsi, bahan mentah, dan sektor perbankan. Serta penerbit dengan lini bisnis batu bara yang dinilai masih potensial di tahun 2023.

Tak hanya itu, faktor eksternal seperti pelonggaran kebijakan zero covid di China dan krisis energi global akibat perang Rusia-Ukraina ditambah momentum persiapan pemilu 2024 serta potensi perang dagang antara Uni Eropa dan Amerika Serikat. Negara akan mempengaruhi situasi pasar pada tahun 2023.

Untuk dapat memanfaatkan January Effect dengan baik, investor harus memiliki strategi yang tepat. Berikut adalah strategi investasi dari Grant Thornton Indonesia yang dapat diterapkan untuk memanfaatkan January Effect, antara lain:

Membeli saham pada awal Januari

Investor bisa membeli saham di awal bulan atau menahan saham dari bulan sebelumnya untuk memanfaatkan kenaikan harga di bulan Januari. Strategi tersebut dapat dilakukan dengan memilih saham-saham yang dianggap memiliki prospek pertumbuhan yang baik. Seperti saham perusahaan dengan kinerja positif atau saham perusahaan yang mengalami pertumbuhan penjualan yang tinggi.

Investor dapat membeli berbagai jenis saham dari perusahaan dengan berbagai sektor dan kapitalisasi pasar. Sehingga jika terjadi penurunan harga saham pada sektor tertentu, maka kerugian yang dialami dapat diimbangi dengan kenaikan harga saham pada sektor lainnya. Dengan demikian investor dapat mengharapkan fluktuasi harga saham yang terjadi pada bulan Januari. Yang terpenting adalah selalu melakukan analisa fundamental dan teknikal sebelum membeli saham tertentu.

Investor juga harus menyisihkan dana cadangan untuk mengantisipasi fluktuasi harga saham yang terjadi sepanjang Januari. Dana ini nantinya bisa digunakan untuk membantu investor jika membutuhkan dana darurat agar bisa bertahan di pasar saham sekaligus memantau target kenaikan harga saham.

“Dampak Januari 2023 masih dibayangi beberapa sentimen global setelah tren kenaikan suku bunga mendominasi pasar sepanjang 2022. Oleh karena itu, penting bagi investor untuk terus memantau kondisi makro ekonomi, fundamental emiten pilihan, membuat profil risiko dan tujuan investasi,” kata Marvin.